KHUTBAH JUM'AT
HIKMAH QURBAN
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه،
ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ
أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ
وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ
وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي
تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Lima hari yang lalu Allah SWT mempertemukan kita dengan Idul Adha; disebut pula
yaumun nahar, hari raya qurban. Lalu hari ini kita dipertemukan-Nya dengan hari
raya pekanan; yaumul Jum'ah, yang juga disebut sayyidul ayyam.
Maka sudah sepatutnya kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat itu. Sungguh,
tanpa hidayah dari Allah, kita takkan berada di jalan lurus ini; jalan
keselamatan, jalan kebahagiaan, jalan kemenangan; dinul Islam. Tanpa rahmat dan
nikmat-Nya, kita tak mungkin mampu beramal dalam dua hari raya itu. Maka,
syukur kita sudah seharusnya terwujud dengan memanfaatkan nikmat Allah untuk
mentaati-Nya.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Perlu kita syukuri, bahwa pada tahun 1432 H ini jumlah jama'ah haji naik
menjadi lebih dari 2,5 juta orang, 221 ribu orang diantaranya berasal dari Indonesia.
Demikian pula, dari tahun ke tahun jumlah hewan qurban umat Islam, termasuk di
Indonesia juga mengalami peningkatan.
Qurban atau adhiyah bermula sejak zaman Nabi Ibrahim yang diperintah Allah SWT
melalui mimpinya untuk menyembelih putra kesayangan sekaligus satu-satunya saat
itu; Ismail. Ketaatan Ismail dan keteguhan Ibrahim telah terbukti dengan
kesungguhan menjalankan perintah Allah itu, meskipun secara manusiawi pasti
sangat berat di hati. Maka di saat leher Ismail telah siap, seketika itu Allah
menggantinya dengan seekor domba. Seperti itulah kemudian umat Islam
disyariatkan untuk menyembelih hewan qurban.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ *
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Sesungguhnya, Kami telah memberimu nikmat yang banyak. Maka laksanakanlah shalat
karena Tuhanmu, dan berqurbanlah. (QS. Al-Kautsar : 1-2)
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ
شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ
Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu
banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan
menyembelihnya)… (QS. Al-Hajj : 36)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Ibadah qurban, sesungguhnya mengandung hikmah yang dalam. Ia mengandung dimensi
spiritual, sekaligus dimensi sosial. Ia mendekatkan hamba kepada Allah SWT,
sekaligus membuatnya peduli pada sesama. Dengan daging yang dibagikannya kepada
orang miskin sebagai bentuk meringankan beban dan menggembirakan mereka, daging
qurban juga boleh dibagikan kepada orang yang kaya untuk melembutkan hati
mereka, dengan harapan mereka pun terpanggil untuk mensantuni sesama sekaligus
mengokohkan keimanannya.
Jika hikmah seperti itu dicapai dengan qurban, dengan dengan menyembelih hewan
seperti unta, sapi dan kambing dan membagikannya kepada sesama, sesungguhnya
spirit yang sama juga harus kita miliki; baik kemarin ketika Idul Adha kita
berqurban atau tidak. Spirit untuk peduli pada sesama, spirit untuk menebar
kemanfaatan kepada manusia, spirit untuk mengurbankan sesuatu yang berharga
demi kejayaan agama. Spirit qurban harus dilanjutkan pada setiap masa, setiap
bulan, setiap satuan waktu kehidupan. Karenanya, selain kata adhiyah atau
qurban, dalam Islam kita juga dikenalkan kata at-tadhiyah atau pengorbanan.
Spirit qurban yang dilanjutkan dalam setiap fragmen kehidupan itu tidak lain
adalah at-tadhiyah; pengorbanan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
DR. Abdul Halim Mahmud, salah seorang ulama besar Timur Tengah, dalam kitabnya Rukn
At-Tadhiyah menjelaskan bahwa dijadikannya pengorbanan (at-tadhiyah)
sebagai salah satu sunnah Islam dalam empat poin utama:
Pertama, bahwa setiap langkah dalam beramal karena Islam selalu membutuhkan
pengorbanan atau disunnahkan adanya pengorbanan di sana jika tidak sampai pada
tataran kewajiban.
Kedua, bahwa antara adhiyyah (qurban) dan at-tadhiyyah (pengorbanan) tampak
jelas keterkaitannya. Hubungannya sangat kuat karena keduanya merupakan upaya
mendekatkan diri kepada Allah.
Ketiga, bahwa masing-masing antara adhiyyah (qurban) dan at-tadhiyyah
(pengorbanan) mewujudkan adanya tolong menolong antara kaum muslimin,
menyatukan dan melindungi mereka.
Keempat, bahwa masing-masing antara adhiyyah (qurban) dan at-tadhiyyah
(pengorbanan) keduanya menghasilkan kebaikan bagi pelakunya.
وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
...dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan (QS.
Al-Hajj : 77)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Sejak Islam dikumandangkan, sejak Muhammad diangkat sebagai Nabi dan
Rasulullah, sejak saat itu pula sejarah pengorbanan dimulai. Baik pengorbanan
harta, pengorbanan waktu, pengorbanan fikiran, hingga pengorbanan nyawa dilalui
oleh generasi pertama umat ini.
Lihatlah Rasulullah bersama ibunda kaum mukminin Khadijah r.a. yang semula
termasuk orang yang paling kaya di Makkah, mereka hidup sederhana karena
harta-hartanya digunakan untuk bekal dakwah. Juga menyelamatkan kaum mukminin
dan menolong mereka yang kekurangan. Abu Bakar juga demikian. Sahabat terkemuka
ini membebaskan budak muslim dengan uangnya sendiri. Bilal adalah salah satunya.
Demikianlah pengorbanan harta senantiasa mengiringi langkah generasi pertama
umat ini, baik dalam periode Makkiyah maupun Madaniyah.
Pengorbanan waktu juga dilakukan oleh seluruh sahabat. Tidak satu pun diantara
mereka yang memeluk Islam kecuali setelah itu segera mengorbankan waktunya
untuk mendakwahi orang lain. Tidak satu pun diantara mereka yang memeluk Islam
kecuali setelah itu segera mengorbankan waktunya untuk membela agama yang mulia
ini.
Para sahabat juga mencurahkan segala potensi akalnya untuk memperjuangkan Islam
dan memberikan kemanfaatan kepada sesama. Maka kita kenal nama Salman Al Farisi
yang membawa ide pertahanan parit saat pasukan ahzab hendak menyerbu Madinah.
Jadilah perang itu disebut perang khandaq. Ada Khalid bin Walid, meskipun masuk
Islamnya belakangan, ia berjasa besar bagi Islam. Kekuatan pikirannya
dicurahkan untuk merancang strategi perang hingga kaum muslimin selalu
mendapatkan kemenangan di bawah komandonya.
Bahkan pengorbanan nyawa juga menjadi hal yang mudah dijumpai pada generasi
pertama umat ini. Mulai dari Sumayyah dan suaminya yang menjadi syuhada pertama
karena dibunuh kafir Quraisy lantaran tidak mau kembali kepada jahiliyah. Tidak
terhitung banyaknya jumlah syuhada sejak perang badar, uhud, khandaq, dan
perang-perang berikutnya. Karakter para sahabat itu adalah menyambut seruan
jihad dengan siap mengorbankan nyawa mereka; menjadi syuhada fi sabilillah.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Saat ini, di negeri ini, kita tidak menjumpai jihad fi sabilillah yang memberi
kita kesempatan untuk mengorbankan nyawa di jalan Allah. Namun demikian, medan
pengorbanan lain masih terbuka luas. Siapa menjaga spirit itu maka mereka
berkesempatan menyusul orang-orang terbaik ke tempat terbaik berupa surga.
Pertama, berdakwah dan amar ma'ruf nahi munkar.
Inilah pengorbanan yang harus selalu ada dan kita lakukan bersama. Dakwah
adalah al-muayyidat bagi agama ini. Dengannya umat terselamatkan dari
pemurtadan. Dengannya seorang muslim diarahkan untuk kokoh dalam keislamannya.
Dengannya seorang muslim diajak untuk menjalankan Islam secara kaffah sekaligus
memeperjuangkannya.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ
يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ
الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran : 104)
Kedua, berinfaq dan shadaqah baik yang wajib maupun yang sunnah
Seorang muslim hendaklah meneruskan spirit qurban dengan terus mengeluarkan
hartanya di jalan kebaikan dengan shadaqah baik yang wajib semisal zakat,
maupun yang sunnah; yang tidak terikat oleh ketentuan besaran dan waktunya.
Dengan menyantuni fakir miskin dan kaum dhuafa', bukan hanya kita bersyukur
kepada Allah SWT tatapi juga berupaya untuk memperkokoh keislaman mereka dan
menumbuhkan saling cinta. Jangan sampai kita menjadi pendusta agama yang tidak
peduli dengan beban sesama.
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
* فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ * وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ
الْمِسْكِينِ
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin... (QS.
Al-Ma'uun : 1-3)
Ketiga, berkontribusi sesuai kompetensi
Ketika seorang muslim bekerja, hendaklah ia niatkan untuk ibadah. Bahwa ia
sedang turut membangun peradaban Islam, membantu sesama, menebar kebaikan dan
kemanfaatan bagi manusia. Maka segala daya yang dikeluarkannya, lelahnya,
energinya, semuanya menjadi bentuk pengorbanan. Karenanya, seorang muslim yang
memiliki spirit berkorban pada saat yang sama juga memiliki semangat untuk
terus meningkatkan kinerja dan memperbaiki prestasi.
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ
وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
KHUTBAH KEDUA
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ
وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ،
وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ،
وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا
جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا
مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ
تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا
مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا،
وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا
حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ
عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ
وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ
أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ
الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ
فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ
وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ
بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا
في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا
بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ
الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا
وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.
عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
0 Komentar:
Posting Komentar
- Mari budayakan berkomentar dengan baik dan bijak -