KHUTBAH JUM'AT
Menjaga Diri Dan Keluarga dari Api
Neraka
إِنَّ الْحَمْدَ
لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيْئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ.
يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُو اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَا تِهِ
وَلاَ تَمُو تُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ
مَنْ نَفْسِ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالً
كَثِيْرًا وَنِسَاءَ، وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَ لُونَ بِهِ وَالأرْحَامِ,
إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا
اتَّقُواْ اللهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيْدَا, يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُو بَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيْمَا.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullah.
Marilah
kita selalu mengulangi ucapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah tercurahkan
kepada kita semua sehingga kesehatan jasmani dan rohani masih menghiasi kita.
Semoga rasa syukur yang kita panjatkan ini, menjadi kunci lebih terbukanya
pintu-pintu karunia-Nya. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Jika kalian bersyukur, maka akan Kami tambahkan bagimu dan jika kamu
mengingkarinya, sesungguhnya siksaanKu itu sangat pedih”. (Ibrahim: 7)
Kami peringatkan juga para jamaah dan diri ini agar senantiasa menjaga
ketaqwaan, agar mengakar kuat dan kokoh di lubuk hati yang paling dalam. Sebab
itulah modal yang hakiki untuk menyongsong kehidupan abadi, agar hari-hari kita
nanti bahagia.
Ikhwani fiddin
rahimakumullah.
Seorang
muslim seyogyanya menjadikan kampung akhirat sebagai target utama yang harus
diraih. Tidak meletakkan dunia dan gemerlapannya di lubuk hatinya, namun hanya
berada di genggaman tangannya saja, sebagai batu loncatan untuk mencapai nikmat
Jannah yang langgeng. Jadi, jangan sampai kita hanya duduk-duduk santai saja menanti
perjalanan waktu, apalagi tertipu oleh ilusi dunia.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
Artinya: “Ketahuilah,
bahwasanya kehidupan dunia hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan
para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu”.(Al-Hadid: 20)
Ibnu
Katsir berkata (dengan ringkas): “Allah Subhannahu wa Ta'ala membuat
permisalan dunia sebagai keindahan yang fana dan nikmat yang akan sirna. Yaitu
seperti tanaman yang tersiram hujan setelah kemarau panjang, sehingga tumbuhlah
tanaman-tanaman yang menakjubkan para petani, seperti ketakjuban orang kafir
terhadap dunia, namun tidak lama kemudian tanaman-tanaman tersebut menguning,
dan akhirnya kering dan hancur”.
Misal
ini mengisyaratkan bahwa dunia akan hancur dan akhirat akan menggantikannya,
lalu Allah pun memperingatkan tentangnya dan menganjurkan untuk berbuat baik.
Di akhirat, hanya ada dua pilihan: tempat yang penuh dengan adzab pedih dan
hunian yang sarat ampunan dan keridhaan Allah bagi hamba-Nya. Ayat ini diakhiri
dengan penegasan tentang hakikat dunia yang akan menipu orang yang terkesan dan
takjub padanya.
Topik
utama kita kali ini menekankan pentingnya pendidikan anak yang termasuk salah
satu unsur keluarga, agar dia selamat dunia dan akhirat. Anak bagi orang tua
merupakan buah perkawinan yang menyenangkan. Dibalik itu, anak adalah amanat
yang dibebankan atas orang tua. Tidak boleh disia-siakan dan di sepelekan.
Pelaksana amanah harus menjaga dengan baik kondisi titipan agar tidak rusak.
Sebab orang tua kelak akan ditanya tentang tanggung jawabnya.
Rasulullah
Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته
“Setiap kalian adalah
pemimpin, dan akan ditanya tentang tanggungjawabnya”.(Hadits shahih, Riwayat
Ahmad, Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi, dari Ibnu Umar)
Anak terlahir dalam
keadaan fitrah. Kewajiban orang tua merawatnya agar tidak menyimpang dari jalan
yang lurus, dan selamat dari api neraka. Selain itu, anak yang shalih akan
menjadi modal investasi bagi kedua orang tuanya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman yang artinya:
“Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan
bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi
tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim: 6)
Ali
Radhiallaahu anhu berkata dalam menafsiri ayat ini: “Didik dan ajarilah
mereka”. Adh-Dhahak dan Muqatil berujar: “Wajib atas seorang Muslim untuk
mendidik keluarganya seperti kerabat, budak perempuan dan budak laki-lakinya
tentang perintah dan larangan Allah”.
Hadirin jamaah Jum’at
yang dimuliakan Allah.
Maka,
mulai sekarang hendaknya para orang tua sadar terhadap kewajiban mereka untuk
mendidik anak-anak mereka agar menjadi hamba Allah yang taat. Memilihkan
pendidikan anak yang kondusif untuk perkembangan iman dan otaknya. Bukannya
membiarkan anak-anak mereka begitu saja tanpa pengawasan terhadap bacaan yang
mereka gemari, apa saja yang suka mereka saksikan dan aktivitas yang mereka
gandrungi. Kelalaian dalam hal ini, berarti penyia-nyiaan terhadap amanat
Allah.
Ingatlah
akibat yang akan menimpa kita dan keluarga kita yang tersia-siakan pendidikan
agamanya! Nerakalah balasan yang pantas bagi orang-orang yang melalaikan
kewajibannya. Termasuk anak kita yang malang.!!!
Sesungguhnya neraka itu terlalu dalam dasarnya untuk diukur, tiada daya dan
upaya bagi mereka untuk meloloskan diri dari siksanya. Kehinaan dan
kerendahanlah yang selalu menghiasi roman muka mereka. Keadaan seperti ini tak
akan kunjung putus, jika tidak ada sedikitpun iman dalam dada mereka. Alangkah
besarnya kerugian mereka. Begitu banyak penderitaan yang harus mereka pikul.
Inilah kerugian nyata dan hakiki, ketika orang tercampakkan ke dalam lubang
neraka Jahanam.
Untuk menegaskan
tentang kedahsyatan siksa neraka, kami kutip firman Allah Subhannahu wa Ta'ala
:
“Setiap kulit mereka
hangus, kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan
adzab”. (An-Nisaa’: 56).
Dan
juga sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam yang menunjukkan tentang
siksaan neraka yang paling ringan, yaitu siksa yang ditimpakan atas Abu Thalib
yang artinya:
Dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
bersabda:
“Penduduk neraka yang paling ringan adzabnya adalah Abu Thalib. Dia memakai 2
terompah dari api neraka (yang berakibat) otaknya mendidih karenanya”. (HR.
Muttafaqun ‘Alaih).
Dengan
penjelasan di atas, kita sudah sedikit banyak paham tentang tempat kembalinya
orang yang mendurhakai Allah.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُا
اللهَ, اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّخِيْمَ.
Khutbah
Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمْ
تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:
Dari
mimbar ini kami ingatkan kembali, marilah kita mulai dengan memberikan perhatian
yang besar terhadap Tarbiyatul Aulad, yaitu proses pendidikan anak kita.
Al-Qur’an telah mengulas tentang sejarah seorang ayah yang mendidik anaknya
untuk mengenal kebaikan. Itulah Luqman, yang dimuliakan Allah Subhannahu wa
Ta'ala dengan pencantuman perkataannya ketika mendidik keturunannya dalam
Al-Qur’an. Secara luas itu termaktub dalam surat (QS. Luqman 12-19).
Dalam surat tersebut,
Luqman memulai mengajari anaknya dengan penanaman kalimat tauhid yang
hakikatnya memurnikan ibadah hanya untuk Allah saja, dilanjutkan dengan
kewajiban berbakti dan taat kepada orang tua selama tidak menyalahi syariat.
Wasiat berikutnya adalah berkaitan dengan penyemaian keyakinan tentang hari
pembalasan, penjelasan kewajiban menegakkan shalat. Setelah itu amar ma’ruf dan
nahi mungkar yang berperan sebagai faktor penting untuk memperbaiki umat, tak
lupa beliau singgung, beserta sikap sabar dalam pelaksanaannya. Berikutnya
beliau mengalihkan perhatiannya menuju adab-adab keseharian yang tinggi. Di
antaranya larangan memalingkan wajah ketika berkomunikasi dengan orang lain,
sebab ini berindikasi jelek, yaitu cerminan sikap takabur. Beliau juga melarang
anaknya berjalan dengan congkak dan sewenang-wenang di muka bumi sebab Allah
Ta'ala tidak menyukai orang-orang yang sombong. Beliau juga mengarahkan anaknya
untuk berjalan dengan sedang tidak terlalu lambat ataupun terlalu cepat. Sedang
nasehat yang terakhir berkaitan erat dengan perintah untuk merendahkan suara,
tidak berlebih-lebihan dalam berbicara.
Demikianlah wasiat Luqman terhadap anaknya,
yang sarat dengan mutiara yang sangat agung dan berfaedah bagi buah hatinya
untuk meniti jalan kehidupan yang dipenuhi duri, agar bisa sampai ke akhirat
dengan selamat.Cukuplah kiranya kisah tadi sebagai suri tauladan bagi para
pemimpin keluarga. Memenuhi kebutuhan sandang dan pangan yang memang penting. Namun
ingat, kebutuhan seorang anak terhadap ilmu dan pengetahuan lebih urgen
(mendesak).
Jamaah Jum’at yang
berbahagia.
Orang
tua wajib memenuhi kebutuhan ruhani sang anak, jangan sampai gersang dari
pancaran ilmu dien. Perkara ini jauh lebih penting dari sekedar pemenuhan
kebutuhan jasmani karena berhubungan erat dengan keselamatannya di dunia dan
akhirat. Hal itu dapat terealisir dengan pendidikan yang berkesinambungan di
dalam maupun di luar rumah. Masalahnya, model pendidikan yang ada saat ini
hanya menelorkan generasi-generasi yang materialistis, gila dunia. Karena itu
kita harus menengok dan menggali metode-metode pendidikan yang dipakai Salafus
Shalih yang ternyata telah terbukti dengan membuahkan insan-insan yang
cemerlang bagi umat ini.!
إِنَّ اللهَ وَمَلآَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَآ
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُواْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا
بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ،
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَآ ءَاتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
0 Komentar:
Posting Komentar
- Mari budayakan berkomentar dengan baik dan bijak -