Menggapai Derajat
Tertinggi Manusia
الحمد
لله الذي أصلحَ الضمائرَ، ونقّى السرائرَ، فهدى القلبَ الحائرَ إلى طريقِ أولي
البصائرِ، وأشهدُ أَنْ لا إلهَ إلا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهدُ أن سيِّدَنا
ونبينا محمداً عبدُ اللهِ ورسولُه، أنقى العالمينَ سريرةً وأزكاهم سيرةً، (وعلى
آله وصحبِه ومَنْ سارَ على هديهِ إلى يومِ الدينِ.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Jadikanlah kita senantiasa dalam mengisi hidup ini dengan
ibadah kepada Allah Ta’ala. Senantiasa mencari cinta dan ridha-Nya dengan
ucapan dan perbuatan kita baik lahir maupun yang batin. Karena barang siapa
yang senantiasa mengisi hidupnya dengan ibadah kepada Allah Ta’ala dan mencari
cinta serta ridha-Nya, maka hal itu akan menjadi perisai bagi dirinya dari
kemurkaan dan siksa Allah Ta’ala. Ketika kita setiap saat mengisi hidup ini
untuk ibadah kepada Allah Ta’ala maka kita akan termasuk golongan Al-Muttaqin,
yaitu yang memiliki sifat ketakwaan yang baginya Jannah yang luasnya seluas
langit dan bumi. Hal inilah yang dijanjikan pada mereka. Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu
dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 21)
Ayat ini adalah seruan pertama di dalam Al-Quran. Yaitu
seruan yang ditujukan kepada seluruh manusia agar mereka senantiasa beribadah
kepada Allah Ta’ala. Mereka mengabdikan dirinya kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala dalam melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Tentu untuk
ibadahlah manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala, dan Allah cukupkan kebutuhan
manusia di dunia. Allah berfirman.
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah.
Ketika Allah menyebut jumlah manusia yang istimewa, yaitu
yang ia pilih sebagai rasul dan nabi-Nya, serta manusia yang sifat baik mereka
disebutkan dalam Al-Quran, maka Allah sebut mereka dengan hambanya. Demikian
yang Allah sampaikan dalam firman-Nya.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ
عِوَجًا
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada
hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di
dalamnya.” (Al-Kahfi: 1)
Demikian oleh Allah Ta’ala
disebut sebagai rasul-Nya. Ketika Allah muliakan dengan Al-Quran Allah sebut
predikatnya sebagai yang paling mulia, yaitu sebagai hamba Allah Ta’ala.
Demikian juga yang tertulis dalam Al Quran Surat Al Isra ayat 1.
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى
الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(Al-Isra: 1)
Dalam ayat tersebut terdapat kata ‘yang kami berkahi
sekelilingnya’, yaitu bermakna bahwa tempat sekelilingnya Masjidil Aqsa yang
paling dekat adalah Baitul Maqdis, tempat tersebut diberkahi karena sepanjang
sejarah digunakan untuk ibadah kepada Allah Ta’ala. Demikianlah jika ibadah
hadir di suatu tempat maka tempat itu akan mulia penuh dengan keberkahan dan
kemuliaan.
Sebaliknya, jika tempat tersebut diisi dengan maksiat, maka
tempat itu menjadi hilang kemuliaannya. Sebagaimana sabda Rasul Shallallahu
alaihi wasallam bahwa tempat terburuk di muka bumi adalah pasar dan sebaliknya
tempat terbaik di muka bumi adalah masjid. Hal ini dikarenakan masjid digunakan
untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sementara pasar adalah tempat
yang paling banyak dilakukan maksiat pada-Nya. Oleh sebab itu Rasulullah
mengajarkan kepada umatnya agar tempat yang mereka tinggali senantiasa diisi
dengan ibadah kepada Allah Ta’ala, baik shalat, membaca Al-Quran, zikir dan
ibadah-ibadah lainnya sehingga tempat tersebut tidak menjadi seperti kuburan.
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Demikianlah ketika Allah memuliakan seorang hamba-Nya, maka
Allah memberikan taufik kepada dia sehingga ia dapat meningkatkan ibadahnya
kepada Allah Ta’ala. Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam memberikan pelajaran
kepada kita semuanya dalam doa-doa istimewa kita, doa-doa di tempat terbaik
agar kita tidak lupa meminta kepada Allah Ta’ala agar dapat membantu kita
menguatkan dan meneguhkan kita, selalu memberi taufik kepada kita untuk
beribadah dengan ibadah yang terbaik kepada-Nya. Demikian yang dinasihatkan
oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Mu’adz Bin Jabal radhiallahu anhu.
Beliau bersabda: Yaa Muadz. Sesungguhnya aku menyayangimu.
Oleh karena itu janganlah engkau tinggalkan setelah shalat untuk membaca:
اللهم
أعني على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
“Ya Allah berilah pertolongan kepadaku untuk bisa selalu
berzikir kepada Engkau, bisa selalu bersyukur kepada Engkau dan bisa selalu
beribadah dengan baik kepada Engkau. ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga yang kita minta setelah shalat subuh satu doa
yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
اللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang manfaat,
rezeki yang baik dan amal yang diterima.” (HR. Ibnu As-Sunni dan Ibnu Majah)
Salah satu doa terbaik yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam kepada kita adalah minta tolong kepada Allah agar kita dibantu
untuk diteguhkan dalam melaksanakan ibadah terbaik untuk Allah subhanahu wa
Ta’ala. Hal ini dikarenakan kemuliaan manusia yang ditentukan dari
penghambaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu kita sebagai
orang yang beriman diperintahkan untuk memberikan kesaksian kepada manusia
terbaik di muka bumi yaitu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa beliau adalah
hamba Allah dan utusan-Nya. Demikianlah yang senantiasa kita baca saat duduk
tasyahud terakhir dalam shalat kita.
Tentu kita mengetahui bahwa kemuliaan Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam itu juga ditentukan pada ibadahnya kepada Allah
Ta’ala. Maka dapat kita lihat dalam riwayat yang shahih Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam shalat malam hingga bengkak kakinya. Lalu istrinya, Aisyah radhiallahu
anha merasa iba kepada beliau, lalu menyampaikan kepadanya, “Kenapa engkau
masih melakukan semua ini, padahal dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang
sudah diampuni?” Maka di Jawablah oleh Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam:
أَفَلاَ
أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Apakah tidak boleh jika aku menjadi hamba yang bersyukur.”
(HR. Al-Bukhari).
Begitulah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam orang yang
terbaik di mata Allah. Sehingga pantaslah Allah Subhanahu Wa Ta’ala muliakan
beliau demikian juga para nabi dan para rasul serta orang-orang beriman
lainnya. Allah sebutkan pada surat Al-Furqon ayat 63
وَعِبَادُ
الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ
الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.” (Al-Furqan: 63)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Itulah gambaran mereka yang senantiasa beribadah kepada
Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun sebaliknya, jika meninggalkan ibadah kepada
Allah, maka itu akan mengakibatkan kehinaan dunia dan akhirat. Hal itulah yang
terjadi kepada iblis Laknatullah alaihi ketika ia keluar dari penghambaan dan
tidak mau taat lagi kepada Allah Ta’ala, maka Allah laknat dan usir dia dari
Jannah hingga ia ditetapkan oleh Allah subhanahu wa Ta’ala sebagai penghuni
neraka. Hal ini di firmankan oleh Allah subhanahu wa taala dalam Al-Quran.
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ
إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ
دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina’.” (Ghafir: 60)
Maka ketika ada seorang manusia dimuliakan dengan
dikeluarkan dari wilayah penghambaan kepada Allah, diklaim sebagai anak Allah,
serta diklaim memiliki sifat ketuhanan hingga kemudian Ia di sembah dan
diibadahi sebagaimana Allah, maka ini bukanlah memuliakannya, tetapi ini
menghinakannya. Oleh karena itu Allah sampaikan dalam surat Maryam ayat ke
88-93. Allah berfirman.
وَقَالُوا
اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا (٨٨) لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩) تَكَادُ
السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ
هَدًّا (٩٠) أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (٩١) وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ
أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (٩٢) إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا
آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا (٩٣)
“Dan mereka berkata, ‘Allah Yang Maha Pengasih mempunyai
anak.’ Sungguh, kamu telah membawa sesuatu yang sangat mungkar. Hampir saja
langit pecah dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, (karena ucapan itu).
Karena mereka menganggap Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Dan tidak
mungkin bagi Allah Yang Maha Pengasih mempunyai anak. Tidak ada seorang pun di
langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada Allah Yang Maha Pengasih
sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam: 88-93)
Jamaah sidang Jumat rahimakumullah
Mengeluarkan manusia dari penghambaan yang kemudian
diangkat derajatnya hingga derajat ketuhanan yang dianggap mewarisi sifat
ketuhanan, karena sifat seorang anak itu akan mewarisi sifat dari bapaknya,
maka ketika orang tua mengharapkan punya anak berarti dia punya pengharapan
kepada selainnya. Oleh karena itu maha suci Allah dari sifat butuh kepada
selainnya dan maha suci Allah dari sifat ketuhanannya turun kepada selainnya.
Ketika ada seseorang yang mengklaim bahwa ada manusia yang
meningkat derajatnya menjadi anak tuhan itu bukanlah memuliakan, tetapi
sesungguhnya itu sangat menghinakan. Karena kemuliaan manusia ditentukan dari
seberapa kuat ibadahnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Oleh sebab itu
muliakanlah diri kita dengan senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala dan jauhi
diri kita dari lawan ibadah kita. Di antaranya dengan menunjukkan sikap
dukungan akan klaim terhadap manusia yang keluar dari tugas ibadah kepada Allah
Ta’ala.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua:
إِنَّ
اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي
العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ
الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ
الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدُّعَاءِ.
اللَّهُمَّ
اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ
بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا
مَحْرُوْماً.
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً،
وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً
رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً،
وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ،
وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ
وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين.
اللَّهُمَّ
رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ
لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ
وَالأَسْحَارِ.
اللَّهُمَّ
أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ
الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا
آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا
لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ
رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ :
إِنَّ
اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ
0 Komentar:
Posting Komentar
- Mari budayakan berkomentar dengan baik dan bijak -